Minggu, 27 Maret 2011

SEPEDA BARU

Hari senin adalah hari yang menyenangkan untuk Dani, setelah kemarin dia beramin– main di rumah bersama teman – temanya. Sekarang ia akan berangkat sekolah.
Seperti biasa sebelum berangkat Dani mandi dan sarapan, tak lupa ia memberi makan kusing kesayanganya.
“Ayah, ibu!! Dani berangkat dulu ya....!!” pamit dengan Dani ayah ibunya.
“Ya sayang....hati – hati ya.....di sekolah tidak boleh nakal.” Kata ibu Dani
Dani mencium tangan ayah dan ibunya kemudian pergi kesekolah.
Hari ini Dani pergi ke sekolah naik bis karena sepedanya rusak. Ayahnya sudah janji kalau dia mendapat peringkat satu dia akan dibelikan sepeda yang baru. Maka dari itu sekarang Dani rajin belajar, rajin mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah. Apalagi sekarang Dani sudah kelas empat, dua tahun lagi ia akan menghadapi ujian. Jika tidak belajar dari sekarang bisa – bisa Dani tidak lulus ujian nasional.
***
Sesampainya di sekolah, Dani tidak langsung masuk kelas, dia duduk di kelas sambil bermain bersama teman-temanya. Tiba – tiba Hsan datang menghampiri Dani.
“Hay Hasan ....kamu baru datang?” tanya Dani pada Hasan
“Iya...”jawab Hasan singkat ,sambil membuka tasnya.
“Liat Dani aku punya mainan baru”kata Hasan sambil menunjukan mainanya.
“Wah...bagus sekali san? kamu beli dimana? “ tanya Dani dengan wajah polos.
“Kemarin papaku pergi ke Bandung , trus aku di belikan mainan” jawab Hasan dengan senyum,sambil menggerak gerakkan tangan robot mainanya.
Tidak hanya Dani yang kagum pada mainan Hasan tetapi Heri dan Eka juga kagum.
“Hasan aku boleh pinjam ga?” Heri yang sejak tadi diam tiba – tiba bicara.
“Tidak boleh nanti rusak” Hasan menjawasb dengan ketus, sambil memeluk robot barunya.
“Hasan kamu pelit banget sih” sahut Eka.
“Biarin inikan mainanku...”jawab Hasan dengan sombong
Mereka hampir bertengkar, tapi tiba – tiba bel bertanda masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke kelas masing – masing. Sekejap halaman sekolah menjadi sepi. Hasan, Dani, Heri dan Eka masuk kelas bersama.
***
“Selamat pagi anak – anak” sapa bu guru Fida sambilmeletakkan buku diatas meja.
“Selamat pagi bu guru...”jjawab siswa kelas IV serentak.
“Nah anak – anak sekarang keluarkan PR kalian yang kemarin” Kata bu Fida sambil membuka buku Panduan.
“Hasan...kamu kerjakan nomor satu dan Fitri nomor dua” kata bu Fida sambil menunjuk Hasan dan Fitri.
“Ayo yang lain bukunya dikumpulkan” perintah bu Fida.
“Aduh PR ku belum ku kerjakan...giman dong??”Hasan menggaruk – garuk kepalanya.
“Lho kok belum dikerjakan, kemarin kan hari minggu?” jawab Diki yang duduk disebelah Hasan
“Aku pinjam punyamu ya dik..” pinta Hasan pada diki
“Ga bisa Hasan, bukuku mau dikumpulkan, salah kamu main mulu sampai tuganya ga dikerjakan” jawab diki sambil membawa bukunya maju kedepan.
Fitri sudah selesai mengerjakan nomor dua tetapi Hasan belum juga maju.
“Hasan , kenapa kamu tidak mau mengerjakan?” tanya bu fida sambil mendekati tempat duduk Hasan.
“Saya tidak bisa mengerjakan bu?” jawab Hasan
“Aduh Hasan....kemarin kan ibu juga sudah menyuruh kalau ada yang belum bisa belajarlah secara berkelompok bersama teman – temanmu” kata bu Fida
Akhirnya bu Fida menyuruh Dani mengerjakan soal nomor dua di papan tulis. Dani memang anak yang pintar meski pun semester lalu ia tidak mendapat peringkat satu.

Bu Fida melanjutkan pelajarn sampai bel tanda istirahat berbunyi. Saat bel istirahat berbunyi semua siswa keluar kelas. Lima belas menit berlalu, bel tanda masuk berbunyi kembali, semua siswa keluar dan masuk klas dan keluar lagi saat bel tanda pulang berbunyi.
Dani, Heri, dan Eka pulang bersama-sama sedangkan Hasan pulang sendiri, teman-teman Hasan tidak mau pulang dengannya karena ia sombong dan pelit, tapi Dani merasa kasihan dengan hasan.
“Heri.. lihat Hasan sendirian, kasihan ya...?” Tanya Danisambilmemandang hasan.
“Ih.. ngapain kasihan, hasan kan nakal, sombing lagi” Jawab Heri ketus
“Ga boleh begitu, dia kan teman kita, coba kalau kamu jadi Hasan?pastisedih. ayolah kitaajak Hasan pulang bersama” Dani membujuk Heri untuk tidak menjauhi Hasan, akhirnya Heri mau mengikuti ajakan Dani. Kini Hasan, Dani dan Heri pulang bersama.
Sesampainya di rumah Dani sudah ditunggu ibunya di meja mkan
“Sudah pulang sayang..??”Tannya ibu Dani sambil menuangkan minuman kedalam gelas
“Ya bu” Jawab Dani sinbgkat.
“Capek ya?sana ganti baju terus kita makan” perintah ibu Dani.
Tanpa menjawab dani mengikuti perintah ibunya.
Selesai makan Dani tidur siang, itulah kebiasaan Dani setiap harinya, kadang pulang sekolah Dani bermain dengan teman-temannya. Tapi hari ini diamerasa capek, jadi dia memilih tidur, apalagi ini siang hujan.
***
Satu semester telah berlalu, satu minggu lagi tes akhir semester akan dimulai. Dani belajarkeras agar bisa mendapat peringkat satu agar dia dibelikan sepeda baru. Karena ayahnya sudah berjanji, jika Dani dapat peringkat satu diaakan di belikan sepeda, itulah yanng membuat dia semangat.
Akhirnya tes semester usai, dani bisa mengerjakan soal-soal dengan baikdan tiba saatnya penerimaan raport.
“Ibu!! Ayah belum pulang ya bu?” tanya dani sambil membawa bola kesayangannya.
“Ya sayang.. ayah masih kerja” jawab ibu Dani sambil mengelus kepala Dani.
Tiba-tiba... “tok,tok,tok... terdengar suara seseorang yang mengetok pintu”
“Ada tamu” kata idu Dani sambil berjalan menuju pintu depan, Dani mengikuti ibunya dari belakang.
“Selamat siang bu” seorang lelaki berseragam polisi benyapa ibu Dani
“Siang, ada yang bisa saya bantu pak” tanya ibu dani penasaran.
“Apa benar ini rumah pak Hardi?” tanya polisi itu tegas.
Ibu Dani mengngguk “ya saya istrinya”
“Suami ibu kecelakaan, sekarang di rumah sakit” polisi itu membawa kabar yang amat mengejutkan.
Dani dan ibunya segera pergi kerumah sakit tapi ayah dani belum sadar karena lukanya sangat parah.
“Ibu.. besok siapa yang mengambil raport dani?” tanya dani ketika melihat keadaan ayahnya.
“ Ibu sayang” jawab ibu dani singkat.
Keesokan harinya ketika pengambilan raport tiba, ibu dani datang ke sekolah dani untuk mengambil raport. Ternyata nilai dani bagus semua, ia mendapatkan peringkat satu.
“Ibu.. aku kan dapat peringkat satu, berarti aku dibelikan sepeda ya bu?” tanya dani dengan riang ketika tau nilainya bagus.
“Dani sayang” kata ibu dani pelan
“Kamu tahu kan ayah kecelakaan jadi kamu jangan minta sepeda dulu ya,nanti kalau ayah sudah sembuh pasti ibu belikan sepeda baru buat Dani” ibu Dani mencoba memberikan pengertian pada Dani sambil memegang pipi dani.
Sebenarnya dani marah saat mendengar ucapan ibunya tapi ayahnya lebih penting daripada sepedanya. Dani menganggukan kepala denagn pelan, kemudian ibunya memluk Dani dengan erat.
Sekarang Dani sudah semester lima, setiap pagi dia harus menunggu bus agar sampai di sekolah. Sepeda baru yang dijanjikan ayahnya tidak ada.
“Ah... tidak apa-apa, yang penting ayah sembuh” batin Dani saat ingat janji ayahnya yang akan membelikan sepeda baru.
“Kalau saja ayah tidak dioperasi, pasti sekarang aku sudah punya sepeda baru”kata Dani dalam hati.
Lama-lama Dani terbiasa pergi sekolah naik bus,malah lebih menyenangkan karena tidak capek mengayuh sepeda.
***


Semarang, 2009
(Untuk anak-anakku yang sudah pinter berteman dengan internet) jangan lupa belajar..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar